contents

Cinta Itu Suatu Bentuk Pemenuhan Diri



Tak akan ada yang bisa mengerti aku. Aku sekalipun tidak. Bagaimana bisa sesuatu perasaan yang besar dimengerti oleh bagian-bagian terkecilnya secara terpisah ?

Manusia yang sangat kusayangi, untuk kauketahui, aku tak ingin kau lari dari sampingku. Cintaku padamu adalah suatu pemenuhan diri, aku memenuhi diriku dan berharap dengan melakukan itu kau akan juga terpenuhi.

Tidakkah kau mengerti betapa sedihnya aku melihat mereka yang di jalan hidup, mengemis-ngemis belaian sesamanya dan menipu diri ? Tidakkah kau mengerti kepedihanku melihatku diriku sendiri melemah, berusaha menjagamu dari pelukan makhluk-makhluk yang haus cengkeraman dan belaian itu ? Kau tak akan mengerti. Tak seorangpun akan mengerti. Akupun tak akan.

Beberapa pasangan di dunia ini memang terpasangkan untuk saling menyakiti. Terpasangkan oleh Kebesaran, dan mungkin tak bisa lepas lagi. Aku takut, sangat, bahwa diriku adalah salah satu di antara mereka, dan kau adalah salah satu di antara pasanganku. Pemenuhan diriku mengakhiri hidupmu perlahan-lahan, dan usahaku memenuhi dirimu mengikis jiwaku perlahan-lahan. Dua-duanya dapat terjadi bersamaan, dapat pula tak bersamaan ; betapa ingin aku membiarkan dirimu terpenuhi, sebetapa perihnya aku merasa diriku hancur. Menyedihkan, menyedihkan.

Dan segalanya membuatku sedih, selalu. Kenapa sesuatu mesti terjadi dan menjadi awal lalu berjalan sampai sekarang, bila seharusnya aku hidup sejahtera dan bahagia di belahan dunia lain, dengan kekasih yang dapat membuatku merasa aman dan tenang, merasakan damainya bumi sementara aku masih dapat hidup ? Kenapa pada kali pertama jiwaku yang bebas terpaksa diikat ke tanah justru segera harus dipaksa lepas ? Manusia yang sangat kusayangi, aku ingin melakukan segalanya di jalan hidupmu, aku ingin menjejakkan kakiku, kakiku sendiri, di atas jalan setapak milikmu itu. Aku akan belajar segalanya untuk menopang bahumu ketika kau letih, mencipta air dari udara ketika kau haus, membunuh diriku sendiri ketika kau merasakan kehadiranku berangsur jadi gangguan.

Tapi aku tak punya kesempatan. Tak pernah memberi kesempatan. Dunia, tak pernah memberiku kesempatan. Pemisahan akan datang. Aku tak tahu apa yang terjadi kemudian, mungkin aku bakal jadi keras sepadat batu, air mataku kering dan kulitku menipis. Tak akan lagi aku rasakan cinta yang benar bentuknya, tak akan lagi kurasakan rasa yang manis hawanya.

Cinta adalah suatu bentuk pemenuhan diri, kuharap. Kau selalu sangat benar, dan kali ini aku jatuh. Aku tak bisa lagi berusaha berbuat apapun di hadapanmu, tak sesuatu pun berharga lagi di hadapanmu, yang berasal dari diriku.

Aku tak akan mengerti, dan tak akan ada yang mengerti. Kali ini kubiarkan tangannya melambai-lambai, dan kata-kata hiburan keluar dari mulutnya, sampai akhirnya termuntahkan intinya, selamat tinggal.

Sangat sakit.

Amat sangat sakit, seperti luka yang harus dijahit. Memang harus dijahit.


28 Februari 1994.

~klei.

go out
first disk of klei is a collection of very old writings, all signed "klei," with a last name I won't ever reveal.

all others © ~klei. icons © Apple Computer