 |
|
Cinta Itu Suatu Bentuk Pemenuhan Diri
Tak akan ada yang bisa mengerti aku. Aku sekalipun tidak. Bagaimana
bisa sesuatu perasaan yang besar dimengerti oleh bagian-bagian
terkecilnya secara terpisah ?
Manusia yang sangat kusayangi, untuk kauketahui, aku tak ingin
kau lari dari sampingku. Cintaku padamu adalah suatu pemenuhan
diri, aku memenuhi diriku dan berharap dengan melakukan itu kau
akan juga terpenuhi.
Tidakkah kau mengerti betapa sedihnya aku melihat mereka yang
di jalan hidup, mengemis-ngemis belaian sesamanya dan menipu diri
? Tidakkah kau mengerti kepedihanku melihatku diriku sendiri melemah,
berusaha menjagamu dari pelukan makhluk-makhluk yang haus cengkeraman
dan belaian itu ? Kau tak akan mengerti. Tak seorangpun akan mengerti.
Akupun tak akan.
Beberapa pasangan di dunia ini memang terpasangkan untuk saling
menyakiti. Terpasangkan oleh Kebesaran, dan mungkin tak bisa lepas
lagi. Aku takut, sangat, bahwa diriku adalah salah satu di antara
mereka, dan kau adalah salah satu di antara pasanganku. Pemenuhan
diriku mengakhiri hidupmu perlahan-lahan, dan usahaku memenuhi
dirimu mengikis jiwaku perlahan-lahan. Dua-duanya dapat terjadi
bersamaan, dapat pula tak bersamaan ; betapa ingin aku membiarkan
dirimu terpenuhi, sebetapa perihnya aku merasa diriku hancur.
Menyedihkan, menyedihkan.
Dan segalanya membuatku sedih, selalu. Kenapa sesuatu mesti terjadi
dan menjadi awal lalu berjalan sampai sekarang, bila seharusnya
aku hidup sejahtera dan bahagia di belahan dunia lain, dengan
kekasih yang dapat membuatku merasa aman dan tenang, merasakan
damainya bumi sementara aku masih dapat hidup ? Kenapa pada kali
pertama jiwaku yang bebas terpaksa diikat ke tanah justru segera
harus dipaksa lepas ? Manusia yang sangat kusayangi, aku ingin
melakukan segalanya di jalan hidupmu, aku ingin menjejakkan kakiku,
kakiku sendiri, di atas jalan setapak milikmu itu. Aku akan belajar
segalanya untuk menopang bahumu ketika kau letih, mencipta air
dari udara ketika kau haus, membunuh diriku sendiri ketika kau
merasakan kehadiranku berangsur jadi gangguan.
Tapi aku tak punya kesempatan. Tak pernah memberi kesempatan.
Dunia, tak pernah memberiku kesempatan. Pemisahan akan datang.
Aku tak tahu apa yang terjadi kemudian, mungkin aku bakal jadi
keras sepadat batu, air mataku kering dan kulitku menipis. Tak
akan lagi aku rasakan cinta yang benar bentuknya, tak akan lagi
kurasakan rasa yang manis hawanya.
Cinta adalah suatu bentuk pemenuhan diri, kuharap. Kau selalu
sangat benar, dan kali ini aku jatuh. Aku tak bisa lagi berusaha
berbuat apapun di hadapanmu, tak sesuatu pun berharga lagi di
hadapanmu, yang berasal dari diriku.
Aku tak akan mengerti, dan tak akan ada yang mengerti. Kali ini
kubiarkan tangannya melambai-lambai, dan kata-kata hiburan keluar
dari mulutnya, sampai akhirnya termuntahkan intinya, selamat tinggal.
Sangat sakit.
Amat sangat sakit, seperti luka yang harus dijahit. Memang harus
dijahit.
28 Februari 1994.~klei. |
|
|
 |
first disk of klei is a collection of very old writings, all signed
"klei," with a last name I won't ever reveal. |
|